PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Bagi suatu
negara, pendidikan merupakan realisasi kebijaksanaan untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan yang dicita-citakan. Pendidikan merupakan komponen pokok dalam
pembinaan landasan pengembangan sosial budaya. Pendidikan juga sekaligus
penegak kemanusiaan yang berperadaban tinggi. Pendidikan tidak bisa lepas dari
kehidupan sosial.
Karenanya,
proses belajar mengajar merupakan kebutuhan penting hidup manusia. Hal ini
harus dirasakan bersama oleh setiap individu laki-laki dan perempuan tanpa
pandang bulu. Karena sama-sama memiliki kemampuan untuk belajar. Semakin lama,
setiap aspek kehidupan manusia berkembang, kebutuhannya pun kian beragam. Oleh
karena itu, laki-laki dan perempuan harus saling membantu, bekerja sama meniti
jalan dan mengatasi masalah kehidupan yang mereka hadapi.
Kesenjangan pada bidang pendidikan dianggap menjadi faktor utama yang
sangat berpengaruh terhadap bidang lain di Indonesia, hampir semua sektor,
seperti lapangan pekerjaan, jabatan, peran dimasyarakat sampai pada masalah
menyuarakan pendapat antara laki-laki dan perempuan yang menjadi faktor
penyebab bias gender adalah karena faktor kesenjangan pendidikan yang belum
setara selain masalah-masalah klasik yang cenderung menjustifikasi
ketidakadilan seperti intepretasi teks-teks keagamaan yang tekstual dan kendala
sosial budaya lainnya. Bahkan proses dan
institusi pendidikan dipandang berperan besar dalam mensosialisasikan dan
melestarikan nilai-nilai dan cara pandang yang mendasari munculnya berbagai
ketimpangan gender dalam masyarakat.
Selain masalah
gender, dalam beberapa tahun belakangan ini masyarakat Indonesia sedang
mengalami demam facebook. Hampir semua kalangan mengenal facebook, baik anak
kecil hingga ke orang tua, pejabat hingga ke pedagang.
Facebook
merupakan salah satu media sosial. Dengan facebook, sangat mudah untuk mencari
informasi pertemanan ataupun mendapatkan banyak teman. Hampir semua orang
memiliki akun facebook. Katanya belum gaul, jika belum memiliki akun facebook.
Tidak
heran jika semakin hari semakin bertambah pengguna Facebook. Hampir setiap
orang mempunyai Facebook. Penggunaan Facebook dalam kehidupan sehari-hari
mempunyai pengaruh bagi penggunanya, apabila kita tidak cerdas dalam menyikapi
situs jejaring sosial ini, bisa-bisa kita kecanduan Facebook, dan layaknya
candu, apapun akan kita lakukan agar dapat menggunakan Facebook.
Melihat dua
tema di atas sedang hangat-hangatnya menjadi perbincangan semua kalangan,
penulis berminat untuk mengangkat kedua tema tersebut dalam makalah penulis. Dari
sinilah kami akan mencoba memberikan sedikit penjelasan mengenai gender dan
facebook di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang
akan dirumuskan adalah sebagai berikut.
1. Apakah pengertian gender?
2. Bagaimana bias gender di Indonesia?
3. Apa itu facebook?
4. Berapa pengguna facebook di Indonesia?
5. Apa sajakah dampak adanya facebook?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pengertian gender.
2. Mendeskripsikan bias gender di
Indonesia.
3. Menjelaskan tentang facebook.
4. Mendeskripsikan pengguna facebook di Indonesia
5. Menyebutkan dampak adanya facebook
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Gender
Hal penting
yang perlu dilakukan dalam kajian gender adalah memahami perbedaan konsep
gender dan seks (jenis kelamin). Kesalahan dalam memahami makna gender merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan sikap menentang atau sulit bisa menerima
analisis gender dalam memcahkan masalah ketidakadilan sosial.
Seks adalah perbedaan
laki-laki dan perempuan yang berdasar atas anatomi biologis dan merupakan
kodrat Tuhan[1]. Menurut
Mansour Faqih, sex berarti jenis kelamin yang merupakan penyifatan atau
pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis
kelamin tertentu. Perbedaan anatomi biologis ini tidak dapat diubah dan
bersifat menetap, kodrat dan tidak dapat ditukar. Oleh karena itu perbedaan
tersebut berlaku sepanjang zaman dan di mana saja[2].
Sedangkan gender, secara
etimologis gender berasal dari kata gender yang berarti jenis kelamin.[3]Tetapi
Gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh
perbedaan biologis dan bukan kodrat Tuhan, melainkan diciptakan baik oleh
laki-laki maupun perempuan melalui proses sosial budaya yang panjang. Perbedaan
perilaku antara pria dan wanita, selain disebabkan oleh faktor biologis
sebagian besar justru terbnetuk melalu proses sosial dan cultural. Oleh karena
itu gender dapat berubah dari tempat ketempat, waktu ke waktu, bahkan antar
kelas sosial ekonomi masyarakat[4].
Dalam batas perbedaan yang paling sederhana, seks dipandang sebagai
status yang melekat atau bawaan sedangkan gender sebagai status yang diterima
atau diperoleh.
Mufidah dalam Paradigma Gender[5]mengungkapkan bahwa pembentukan gender ditentukan
oleh sejumlah faktor yang ikut membentuk, kemudian disosialisasikan, diperkuat,
bahkan dikonstruksi melalui sosial atau kultural, dilanggengkan oleh
interpretasi agama dan mitos-mitos seolah-olah telah menjadi kodrat laki-laki
dan perempuan.
Gender merupakan analisis yang digunakan dalam menempatkan posisi
setara antara laki-laki dan perempuan untuk mewujudkan tatanan masyarakat
sosial yang lebih egaliter. Jadi, gender bisa dikategorikan sebagai perangkat
operasional dalam melakukan measure (pengukuran) terhadap persoalan laki-laki dan perempuan terutama yang
terkait dengan pembagian peran dalam masyarakat yang dikonstruksi oleh
masyarakat itu sendiri. Gender bukan hanya ditujukan kepada perempuan semata,
tetapi juga kepada laki-laki.. Hanya saja, yang dianggap
mengalami posisi termarginalkan sekarang adalah pihak perempuan, maka
perempuanlah yang lebih ditonjolkan dalam pembahasan untuk mengejar kesetaraan
gender yang telah diraih oleh laki-laki beberapa tingkat dalam peran sosial,
terutama di bidang pendidikan karena bidang inilah diharapkan dapat mendorong
perubahan kerangka berpikir, bertindak, dan berperan dalam berbagai segmen
kehidupan sosial.
B.
Bias
Gender di Indonesia
Yang dimaksud bias gender adalah
mengunggulkan salah satu jenis kelamin dalam kehidupan sosial atau kebijakan
publik. Bias gender dalam pendidikan adalah realitas pendidikan yang
mengunggulkan satu jenis kelamin tertentu sehingga menyebabkan ketimpangan
gender.[6]
Berbagai bentuk
kesenjangan gender yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat,
terpresentasi juga dalam dunia pendidikan. Bahkan proses dan institusi
pendidikan dipandang berperan besar dalam mensosialisasikan dan melestrikan
nilai-nilai dan cara pandang yang mendasari munculnya berbagai ketimpangan
gender dalam masyarakat. Secara garis besar, fenomena kesenjangan gender dalam
pendidikan dapat diklasifikasi dalam beberapa dimensi, antara lain:
1. Kurangnya partisipasi (under-participation).
Dalam hal partisipasi pendidikan, perempuan
di seluruh dunia menghadapi problem yang sama. Dibanding lawan jenisnya,
partisipasi perempuan dalam pendidikan formal jauh lebih rendah Di negara-negara
dunia ketiga di mana pendidikan dasar belum diwajibkan, jumlah murid perempuan
umumnya hanya separuh atau sepertiga jumlah murid laki-laki[7]
2. Kurangnya keterwakilan (under-representation). Partisipasi perempuan dalam pendidikan
sebagai tenaga pengajar maupun pimpinan juga menunjukkan kecenderung disparitas
progresif. Jumlah guru perempuan pada jenjang pendidikan dasar umumnya sama
atau melebihi jumlah guru laki-laki. Namun, pada jenjang pendidikan lanjutan
dan pendidikan tinggi, jumlah tersebut menunjukkan penurunan drastis.
3. Perlakuan yang tidak adil (unfair treatment) Kegiatan pembelajaran
dan prosesinteraksi dalam kelas seringkali bersifat merugikan murid perempuan.
Guru secara tidak sadar cenderung menaruh harapan dan perhatian yang lebih
besar kepada murid laki-laki dibanding murid perempuan. Para guru kadangkala cenderung
berpikir ke arah "self
fulfilling prophecy"terhadap siswa perempuan karena menganggap
perempuan tidak perlu memperoleh pendidikan yang tinggi.
Selain itu juga
ditemukan gejala pemisahan gender dalam jurusan atau program studi sebagai
salah satu bentuk diskriminasi gender secara sukarela ke dalam bidang keahlian.
Pemilihan jurusan – jurusan bagi anak perempuan lebih dikaitkan dengan fungsi
domestik, sementara itu anak laki-laki diharapkan berperan dalam menopang ekonomi
keluarga sehingga harus lebih banyak memilih keahlian-keahlian ilmu keras,
teknologi dan industri. Penjurusan pada pendidikan menengah kejuruan dan
pendidikan tinggi menunjukkan masih terdapatnya stereotype dalam sistem
pendidikan di Indonesia yang
mengakibatkan tidak berkembangnya pola persaingan sehat menurut gender. Sebagai contoh, bidang ilmu sosial pada
umumnya didominasi siswa perempuan, sementara bidang ilmu teknis umumnya
didominasi siswa laki-laki.
Sedangkan
ketimpangan pada hasil pendidikan adalah perbedaan akhir pendidikan.
Ketimpangan pada hasil pendidikan menunjukkan adanya perbedaan antara laki-laki
dan perempuan pada prestasi pendidikan. Prestasi di antara mereka tidak
sepadan. Prestasi laki-laki lebih tinggi atau lebih baik daripada perempuan.
Ketimpangan akses
pendidikan dapat berdampak pada feminisasi dalam pendidikan. Ketidaksamaan
kesempatan dalam pendidikan antara laki-laki dan perempuan akan berdampak pada
kecenderungan melihat bahwa perempuan hanya bisa diterima pada sistem
pendidikan tertentu. Di masyarakat berkembang sikap bahwa perempuan hanya cocok
pada jenis pendidikan tertentu dan tidak pantas memilih sistem pendidikan
lainnya.
Dengan
rendahnya tingkat pendidikan penduduk yang berjenis kelamin perempuan maka,
secara otomatis perempuan belum berperan secara maksimal. Pencanangan wajib
belajar pada usia 6 tahun pada tahun 1984 dan program wajib belajar 9 tahun
pada tahun 1994, belum memberikan hasil yang signifikan terhadap perempuan.
Terjadinya
pengingkaran dan diskriminasi terhadap hak-hak perempuan seperti yang
digambarkan di atas, menurut Masdar F. Mus’udi pangkal mulanya adalah
disebabkan oleh adanya pelebelan sifat-sifat tertentu pada kaum perempuan yang
cenderung merendahkan. Misalnya perempuan itu lemah, lebih emosional ketimbang
nalar, cengeng, tidak tahan banting, tidak patut hidup selain di dalam rumah
tangga, dll. Setidaknya ada empat persoalan yang menimpa perempuan akibat
adanya pelebelan ini[8].
Pertama, melalui proses subordinasi (meletakkan perempuan di bawah
supremasi lelaki), perempuan harus tunduk kepada sesame manusia, yakni
kaumlelak. Pemimpin atau imam hanya pantas dipantas dipegang oleh laki-laki,
perempuan hanya bolehh menjadi makmum saja. Kedua, perempuan cenderung
dimarginalkan, diletakkan di pinggir. Ketiga, karena kedudukannya yang
lemah, perempuan sering menjadi sasaran tindak kekerasan oleh kaum laki-laki. Keempat,
perempuan hanya menerima beban pekerjaan yang jauh lebih berat dan lebih
lama daripada yang dipukul kaum laki-laki.
C.
Mengenal Facebook
Facebook
adalah sebuah situs jejaring sosial populer yang diluncurkan pada 4 Februari
2004. Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg seorang mahasiswa Harvard,
fungsiya sebagai media untuk saling mengenal bagi para mahasiswa Harvard. Dalam
waktu dua minggu setelah diluncurkan, separuh dari mahasiswa Harvard telah
memiliki akun Facebook. Tidak hanya itu beberapa kampus lain juga dimasukkan
dalam jaringan Facebook. Zuckerberg pun akhirnya meminta bantuan dua temannya
untuk membatu mengembangkan Facebook dan memenuhi permintaan kampus-kampus lain
untuk bergabung dalam jaringannya. Dalam waktu empat bulan setelah
diluncurkannya, Facebook telah memiliki 30 kampus dalam jaringannya.[9]
Dengan
kesuksesan tersebut, Zuckerberg dan kedua temannya
memutuskan untuk pindah ke Palo Alto dan menyewa apartemen di sana. Setelah
beberapa minggu di Palo Alto, Zuckerberg berhasil bertemu dengan Sean Parker,
dan dari hasil pertemuan tersebut Parker pun setuju pindah ke apartemen
Facebook untuk bekerja sama mengembangkan Facebook. Tidak lama setelah itu,
Parker berhasil mendapatkan Peter Thiel (cofounder Paypal) sebagai investor
pertamanya. Thiel menginvestasikan 500 ribu US Dollar untuk pengembangan
Facebook.[10]
Jumlah
akun di Facebook terus melonjak, sehingga pada pertengahan tahun 2004
Friendster mengajukan tawaran kepada Zuckerberg untuk
membeli Facebook seharga 10 juta US Dollar, dan Zuckerberg pun menolaknya.
Zuckerberg sama sekali tidak menyesal menolak tawaran tersebut sebab tidak lama
setelah itu Facebook menerima sokongan dana lagi sebesar 12,7 juta US Dollar
dari Accel Pathners. Dan semenjak itu sokongan dana dari berbagai investor
terus mengalir untuk pengembangan Facebook.
Pada
September 2005, Facebook tidak lagi membatasi jaringannya hanya untuk
mahasiswa, Facebook juga membuka jaringannya untuk siswa SMU. Beberapa waktu
kemudian Facebook juga membuka jaringannya untuk para pekerja kantoran. Dan
akhirnya September 2006 Facebook membuka pendaftaran untuk siapa saja yang
memiliki alamat e-mail.
D. Pengguna
Facebook di Indonesia
Pengguna
Facebook di Indonesia masih didominasi oleh kaum menengah ke atas yang memiliki
akses internet. Kebanyakan dari mereka adalah pelajar, mahasiswa, dosen,
pekerja, politisi dan beberapa tokoh-tokoh nasional. Terhitung sampai 22
Februari 1.333.649 pengguna di Indonesia telah terdaftar di Facebook dan
sekitar 73% (976.372 orang) diantaranya adalah pengguna usia produktif (18-34
tahun). Dilihat dari gender, 688.306 pengguna laki-laki dan 600.045 pengguna
permepuan.
Sedangkan
menurut sumber lain bulan Nopember tahun 2016 Indonesia tercatat sebagai negara
dengan pengguna Facebook terbesar ke-7 di dunia. Indonesia dikatakan telah
memiliki 11.756.980 pengguna Facebook. Posisi Indonesia satu tingkat di bawah
Italia yang memiliki 12.581.060 pengguna dan berada di posisi ke-6. Sementara
jika dilihat dari pertumbuhan tiap minggunya, Indonesia juga berhasil masuk 10
besar dalam daftar negara dengan memiliki pertumbuhan pengguna tercepat. Pada
perhitungan terakhir misalnya, Indonesia berada di posisi ke-9 tercepat dengan persentase
6,854%.
Bulan
Desember tahun 2016 diketahui pengguna Facebook di Indonesia mencapai 31,7
juta, tepatnya 31.784.080. Dengan populasi online 100 persen, Indonesia
menguasai 5,56 % dari total pengguna Facebook di dunia. Berdasarkan gender,
pengguna laki-laki lebih mendominasi di Indonesia, yaitu sekitat 18,7 juta
(59,1 %), sedangkan perempuan jumlahnya sekitar 12,9 juta (40,9%).[11]
E.
Dampak Adanya
Facebook[12]
1.
Dampak Negatif
a. Tidak peduli dengan sekitarnya
Orang yang sudah kecanduan
facebook terlalu asyik dengan dunianya sendiri (dunia yang diciptakannya)
sehingga tidak peduli dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Seseorang
yang telah kecanduan facebook sering mengalami hal ini. Tidak peduli dengan
lingkungan sekitar, dunianya berubah menjadi dunia facebook.
b. Kurangnya sosialisasi dengan
lingkungan
Ini dampak dari terlalu sering dan
terlalu lama bermain facebook. Ini cukup mengkhawatirkan bagi perkembangan
kehidupan sosial seseorang. Mereka yang seharusnya belajar sosialisasi dengan lingkungan
justru lebih banyak menghabiskan waktu lebih banyak di dunia maya bersama teman
teman facebooknya yang rata rata membahas sesuatu yang nggak penting. Akibatnya
kemampuan verbal seseorang menurun.
c. Menghamburkan uang
Akses internet untuk membuka
facebook jelas berpengaruh terhadap kondisi keuangan (terlebih kalau akses dari
warnet). Dan biaya internet di Indonesia yang cenderung masih mahal bila
dibanding negara negara lain (mereka sudah banyak yang gratis). Ini sudah bisa
dikategorikan sebagai pemborosan, karena tidak produktif.
d. Mengganggu kesehatan
Terlalu banyak nongkrong di depan
monitor tanpa melakukan kegiatan apa pun, tidak pernah olah raga sangat
beresiko bagi kesehatan. Penyakit akan mudah datang. Telat makan dan tidur
tidak teratur. Obesitas (kegemukan), penyakit lambung (pencernaan), dan
penyakit mata adalah gangguan kesehatan yang paling mungkin terjadi.
e. Tersebarnya data pribadi
Beberapa facebookers memberikan
data data mengenai dirinya dengan sangat detail. Biasanya ini untuk orang yang
baru kenal internet hanya sebatas facebook saja. Mereka tidak tahu resikonya
menyebarkan data pribadi di internet. Ingat data data di internet mudah sekali
bocor, apalagi facebook yang gampang sekali di hack.
f. Mudah menemukan sesuatu berbau
pornografi dan sex
Mudah sekali bagi para facebookers
menemukan sesuatu yang berbau porno dan esex esex. Karena kedua hal itu yang
paling banyak dicari di internet dan juga paling mudah ditemukan. Nah, inilah
fakta tidak dewasanya pengguna intenet Indonesia.
g. Rawan terjadinya perselisihan
Tidak adanya kontrol dari
pengelola facebook terhadap para anggotnya dan ketidak dewasaan pengguna
facebook itu sendiri membuat pergesekan antar facebookers sering sekali
terjadi.
2.
Dampak Positif
a.
Facebook dapat menambah wawasan tentang berita
atau kabar yang sedang banyak dibicarakan.
b.
Facebook membuat seseorang lebih tanggap dan
komunikatif pada sekitarnya, maksudnya siswa dapat bertukar pikiran dan belajar
dari perkataan orang. Sehingga ia akan lebih tanggap terhadap perasaan temannya
dan lebih mudah berbicara pada orang didekatnya.
c.
Selain mendapat teman baru, seseorang juga
dapat mencari sahabat di dunia maya dan mendapatkan pasangan yang diinginkan
d.
Seseorang dapat menuliskan permasalahan yang
dihadapi, yang kemudian dibaca oleh teman-temannya, sehingga dapat memunculkan
ide-ide cemerlang dan dapat mengembangkannya.
e.
Pikiran seseorang akan lebih terbuka dengan
mendapatkan teman yang berbeda-beda di facebook.
f.
Mempererat silaturahmi, seseorang bisa
menemukan kembali orang-orang yang pernah dia kenal di masa lalu.
g.
Media promosi, entah itu mempromosikan produk, jasa, instansi, atau hal
lain. Bahkan, pada saat pemilu legislatif kemarin, sebagian caleg juga
menggunakan facebook untuk media kampanyenya.
h.
Sarana diskusi, di facebook siswa bisa bergabung dengan berbagai
komunitas/grup.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Gender
merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh perbedaan biologis
dan bukan kodrat Tuhan, melainkan diciptakan baik oleh laki-laki maupun
perempuan melalui proses sosial budaya yang panjang.
2.
Bias gender adalah mengunggulkan
salah satu jenis kelamin dalam kehidupan sosial atau kebijakan publik. Bias
gender dalam pendidikan adalah realitas pendidikan yang mengunggulkan satu
jenis kelamin tertentu sehingga menyebabkan ketimpangan gender.
3.
Facebook adalah sebuah situs jejaring sosial populer yang
diluncurkan pada 4 Februari 2004. Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg
seorang mahasiswa Harvard, fungsiya sebagai media untuk saling mengenal bagi
para mahasiswa Harvard. Dalam waktu dua minggu setelah diluncurkan, separuh
dari mahasiswa Harvard telah memiliki akun Facebook.
4.
Pengguna Facebook di Indonesia masih didominasi oleh kaum
menengah ke atas yang memiliki akses internet. Kebanyakan dari mereka adalah
pelajar, mahasiswa, dosen, pekerja, politisi dan beberapa tokoh-tokoh nasional.
Terhitung sampai 22 Februari 1.333.649 pengguna di Indonesia telah terdaftar di
Facebook dan sekitar 73% (976.372 orang) diantaranya adalah pengguna usia
produktif (18-34 tahun).
B.
Kritik dan
Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritikdan saran
yang membangun akan penulis terima untuk perbaikan kaya berikutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
[1]Nasarudin Umar,
Argumen Kesetaraan Gender : Perspektif al-Qur’an, Jakarta : Paramadina,
2001, hal. 1.
[2] Mansour Faqih,
Analisis gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
1996, hal.8.
[3]Jhon M. Echol, dan Hasan Shadily, Kamus Besar Inggris-Indonesia,
(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1996), cet.23a
[4]Mansour Faqih, Gender
Sebagai Alat Analisis Sosial, Edisi 4 November 1996.
[5]Mufidah Ch, Paradigma Gender, (Malang: Bayumedia
Publishing, 2003), hlm. 4.
[7]Amasari (Member of PSG LAIN), Laporan
Penelitian Pendidikan Berujatuasan Gender,(Banjannasin: IAIN Antasari,
2005), hal. 31.
[8]Masdar
F. Mas’udi, Perempuan Dalam Wacana Keislaman, Jakarta : Penerbit Obor,
1997, hal,55.
[9]http://rhyaria.blogspot.co.id/2011/03/makalah-facebook.html pada tanggal
26 Maret 2017 pukul 21.06
[11]http://tekno.kompas.com/read/2016/10/20/17062397/jumlah.pengguna.facebook.di.indonesia.terus.bertambah pada tanggal
26 Maret 2017 pukul 21.16.
[12]http://dunia-tugas.blogspot.co.id/2012/11/makalah-dampak-penyalahgunaan-facebook.html pada tanggal
28 Maret 2017 pukul 21.58.
0 komentar:
Posting Komentar